Posted in sightseeing

[Wisata Pandemi] Selasar Sunaryo Art Space Bandung

Mengunjungi ruang seni adalah salah satu cara saya untuk mempraktikkan self-love.

Setiap ke ruang seni, rasanya hati penuh, damai dan bahagia. Setelahnya mood jadi enakkk banget.

Bulan lalu, saya ke Selasar Sunaryo Art Space (SSAS) di Dago Bandung. Ada 2 pameran yang sedang berlangsung : 1. Lawangkala dan Batu Waktu, 2. The turn of the fifth age.

Nama Venue : Selasar Sunaryo Art Space (SSAS)

Lokasi : Dago Pakar

HTM : Rp.25,000 (bisa dibeli di Traveloka) atau bayar langsung di tempat dengan Go-Pay

Jadwal buka : Selasa-Minggu 10.00-17.00

Saat saya mengunjungi SSAS (2 Maret 2021), ada dua exhibition yang sedang berlangsung:

  1. Lawangkala dan Batu Melangkah Waktu karya Sunaryo
  2. The Turn of the Fifth Age
  1. Lawangkala dan Batu Melangkah Waktu

Di dalam ruang ini, terpasang karya seni Bapak Sunaryo yang didominasi lukisan.

Saat kita akan memasuki Ruang A, kita akan menjumpai maket gedung ini, dimana passage nya seperti “bubu” penangkap ikan tradisional. apabila ikan masuk ke dalam bubu,maka ia akan terperangkap, tidak akan bisa kembali lagi, dan dia akan terus masuk sampai ke ujung bubu.

Hal ini layaknya waktu, manusia terperangkap di dalamnya dan kita tidak mungkin mundur ke belakang. Akan selalu maju ke depan menuju kehidupan selanjutnya.

Lukisan Lawangkala

Di frame lukisan, terdapat materi lain yang ditampilkan menjadi satu kesatuan lukisan. Seperti kanvas yang sengaja disobek, ditempel lalu dijahit kembali yang dipadu apik dengan material alami seperti batu,kayu,kain.

Lukisan ini merupakan karya terpilih Sunaryo untuk memperingati 20 tahun berdirinya SSAS.

Batu Melangkah Waktu

Karya seni dengan material bebatuan ini terinspirasi dari kondisi politik yang dinamis pasca reformasi (setelah 1998). Bebatuan dipecah lalu diikat kembali merupakan simbol dari disintegrasi bangsa. Lalu bebatuan yang digabung dengan material lain seperti logam dan kayu melambangkan sinergi lingkungan dengan modernitas dan tradisi.

Satu instalasi yang cukup menarik perhatian saya adalah instalasi SEJUTA MATA.

Konsepnya adalah sebuah ruang kubik dengan 5 sisi cermin (kecuali sisi pintu masuk). Jadi sisi kanan kiri atas bawah adalah cermin.

Ceritanya, instalasi ini pernah dipajang di pernikahan anak Sunaryo (gilaa keren banget ngga sih). Makna dari instalasi ini adalah kita harus selalu berhati-hati dalam berperilaku, karena kemanapun kita pergi, sejuta mata akan selalu memandang kita.

2. The Turn of the Fifth Age

Sejujurnya, saya kurang mengerti dengan makna karya seni ini. Banyak karya yang ditampilkan 3D dan menampilkan video.

Untuk mengerti maksud dari karyanya seharusnya kita menonton dengan khusyuk, dengan begitu pasti lebih mudeng deh. Sayangnya, waktu saya terbatas karena datangnya sudah mepet dengan jam tutup, jadi saya hanya lihat selewat saja.

Instalasi ini hanya temporer, jadi bisa saja bulan depan akan berganti lagi. Lebih baik check instagram SSAS untuk mengetahui informasi pameran.

Okey, demikian review singkat saya mengenai SSAS. Sepertinya harus dirutinkan ke SSAS nih, karena pamerannya rutin berganti.

Nah, saya belum pernah mengunjungi ruang seni di Jakarta. Kalau di Jakarta bawaannya magerrr mau kemana2, panass,pengen ngadem aja di rumah 😆 Kalau ada rekomendasi, boleh loh infoin. Terima kasih

Cheerio!

Author:

Hai, saya Amila. Untuk profile saya, bisa dilihat di menu ABOUT yang ada di top menu ya :) Welcome to my memoir!

Leave a comment